
![]() |
orasi kebangsaan oleh Gus Miftah |
Tak hanya menjadi tontonan, acara yang digelar Minggu (6/7/2025) ini menjadi ruang ekspresi bagi warga dari berbagai kalangan. Mulai dari senam massal pagi hari yang menyegarkan, hingga malam yang hangat dengan orasi kebangsaan, doa lintas agama, dan suguhan musik religius yang menyentuh jiwa.
Gus Miftah, dalam gaya khasnya yang santai tapi mengena, menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman.
"Kita boleh berbeda pilihan, berbeda cara berpikir, tapi jangan pernah berbeda dalam cinta kepada Indonesia," tegasnya di hadapan ribuan hadirin yang menyimak dengan penuh perhatian.
Sementara itu, Aftershine tampil memikat, membawakan lagu-lagu penuh makna yang diramu dalam nuansa pop religi. Formasi lengkap mereka menggetarkan panggung, dan tak sedikit penonton yang ikut bernyanyi bersama. Suasana makin syahdu saat lantunan sholawat dan ambyaran mengalun merdu di tengah konser.
Delica Nanda Putra, mewakili manajemen acara, menyampaikan bahwa GeMa Merah Putih bukan sekadar konser biasa.
“Kami ingin menghadirkan ruang yang menyejukkan, tempat orang bisa datang bukan hanya untuk terhibur, tapi juga merenung, merasakan kebersamaan, dan mengenal tetangganya sendiri,” ujarnya.
Acara ini juga memberi angin segar bagi para pelaku UMKM Kecamatan Kemiri. Deretan stan produk lokal berjajar rapi di sekitar area acara. Mulai dari kuliner khas hingga produk kerajinan, semua mendapat tempat dan sambutan hangat dari para pengunjung.
“Mereka (pelaku UMKM) sangat semangat. Ini bukan sekadar jualan, tapi bagian dari gerakan membangkitkan ekonomi desa,” tambah Delica.
Bagi Hasan, vokalis Aftershine, panggung GeMa Merah Putih di Kemiri memberikan kesan tersendiri.
“Purworejo selalu spesial. Sambutannya luar biasa hangat. Kami senang bisa menghibur dan semoga membawa keberkahan. Anak muda hari ini perlu diarahkan ke hal-hal yang positif seperti ini,” ucapnya.
GeMa Merah Putih bukan hanya milik satu daerah. Ia telah menjadi gerakan yang menebar pesan damai ke berbagai pelosok negeri—mengajak masyarakat untuk saling merangkul, menyanyikan cinta kepada bangsa, dan terus percaya bahwa Indonesia besar karena perbedaan yang dirawat, bukan dipertentangkan.
Dan malam itu di Kemiri, merah putih tak hanya berkibar di tiang, tapi juga di hati setiap orang yang hadir.