
![]() |
Nur Widayat penerima penghargaan dari SMK Nurussalaf Kemiri / foto istimewa |
Diselenggarakan di halaman sekolah SMK Nurussalaf Kemiri, prosesi wisuda tersebut diisi dengan momen tak terlupakan ketika pihak sekolah memberikan penghargaan "Honorable of the Year" kepada Nur Widayat. Penghargaan ini bukan sekadar simbolis, melainkan pengakuan tulus atas semangat pantang menyerah yang ditunjukkan pemuda tersebut selama menempuh pendidikan di kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
"SMK Nurussalaf mengapresiasi kegigihan dan perjuangan pantang menyerah mas Nur dalam menempuh pendidikan. Dengan keterbatasan yang ada, mas Nur di sekolah tergolong anak yang sangat rajin," ungkap Wiwit Prastowo, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Nurussalaf Kemiri saat dihubungi oleh Tim Media Kabar Kemiri.
Yang membuat kisah Nur berbeda adalah kesetiaannya pada sepeda sebagai kendaraan harian ke sekolah. Di zaman dimana mayoritas remaja sudah bergantung pada kendaraan bermotor, pemandangan Nur mengayuh sepeda melintasi jalan pedesaan menjadi pemandangan yang menginspirasi komunitas sekolah.
"Untuk prestasi akademik tergolong biasa saja, hanya saja di era sekarang kami melihat jarang sekali anak yang ke sekolah dengan bersepeda. Atas kegigihan dan tekad pantang menyerah itulah kami SMK Nurussalaf mengapresiasi setinggi-tingginya," tambah Wiwit.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa di balik ketekunan Nur, terdapat sosok ibu yang berjuang sebagai buruh harian. Mariyem, ibunda Nur, telah membesarkan putranya dengan nilai-nilai kerja keras dan kemandirian. Meski dihadapkan pada keterbatasan ekonomi, Nur tidak pernah menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk tidak bersemangat dalam menuntut ilmu.
"Harapan sekolah, seluruh siswa dapat mencontoh sosok mas Nur yang pantang menyerah. Keterbatasan tidak menyurutkan semangat untuk belajar. Mas Nur juga selalu membantu orang tuanya di rumah," jelas Wiwit, menggambarkan sosok Nur yang tidak hanya tekun di sekolah tetapi juga berbakti pada keluarga.
Penghargaan yang diberikan kepada Nur menjadi refleksi dari filosofi pendidikan yang dianut SMK Nurussalaf. Sekolah ini tidak hanya mengukur keberhasilan siswa dari capaian akademis semata, tetapi juga karakter dan sikap yang diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Selain kita juga memberikan apresiasi kepada siswa-siswa yang berprestasi, kami juga akan terus mengapresiasi kepada semua siswa yang dapat memberikan teladan yang baik," tegas Wiwit. "Semoga apresiasi ini dapat memotivasi adik-adik kelas bahwa disamping akademik yang baik, attitude baik dan sikap pantang menyerah juga akan menjadi modal baik untuk terjun di masyarakat."
Pengakuan terhadap Nur Widayat sebagai "Honorable of the Year" bukan sekadar ceremonial belaka, melainkan statement kuat dari lembaga pendidikan yang berkomitmen menanamkan nilai-nilai karakter di tengah arus modernisasi. Kisah pemuda bersepeda dari Kedunglo ini menjadi pengingat bahwa kesederhanaan dan kegigihan tetap menjadi nilai luhur yang patut dilestarikan di tengah derasnya gempuran teknologi dan gaya hidup serba praktis.
Sementara rekan-rekannya mungkin akan mengingat masa SMK mereka dengan berbagai pencapaian akademis atau ekstrakurikuler, Nur Widayat akan dikenang sebagai simbol ketangguhan dan inspirasi tentang makna perjuangan sejati dalam meraih pendidikan. Mengingat, akhlaq yang baik terhadap orang tua dan guru merupakan modal utama bagi pelajar. (jg)