
![]() |
Foto Istimewa |
PURWOREJO - Komitmen terhadap pelestarian warisan budaya kembali dibuktikan SMK Nurussalaf Kemiri melalui penyelenggaraan turnamen pencak silat bertaraf regional. Kompetisi yang mengundang partisipasi dari tiga kawedanan ini menjadi momentum istimewa dalam rangka perayaan ulang tahun ke-21 institusi pendidikan tersebut.
Gelaran kompetisi yang berlangsung pada Sabtu (31/5/2025) ini berhasil menarik perhatian 63 kontestan dari kawasan Kemiri, Pituruh, dan Bruno. Antusiasme peserta yang beragam latar belakang sekolah ini menunjukkan bahwa semangat untuk melestarikan seni bela diri tradisional masih mengakar kuat di kalangan pelajar.
Dukungan Penuh Pemerintah Daerah
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Purworejo, Erlangga Bangun Ibrahim, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif sekolah dalam menghidupkan tradisi di era kontemporer.
"Seni bela diri pencak silat merupakan lebih dari sekadar aktivitas fisik, tetapi merupakan pusaka budaya yang sarat dengan filosofi mulia. Langkah yang diambil SMK Nurussalaf Kemiri layak mendapat dukungan penuh sebagai komponen integral dari upaya konservasi identitas bangsa," tegas Erlangga saat membuka acara.
Kehadiran sejumlah tokoh penting seperti Ketua Yayasan SMK Nurussalam Gus Muhammad Tafsir I, Ketua Komite Sekolah H. Sukanto, dan pembina ekstrakurikuler Selamet Basirin semakin memperkuat atmosfer kebersamaan dalam misi pelestarian budaya.
Filosofi Pendidikan Karakter
Kepala SMK Nurussalaf Kemiri, Drs. Mensani Sukusyanto, M.M., menegaskan bahwa pembelajaran pencak silat di institusinya tidak terbatas pada aspek teknis semata, melainkan juga sebagai sarana penanaman karakter.
"Dalam kondisi global saat ini, tidak sedikit generasi muda yang lebih familiar dengan kebudayaan asing ketimbang tradisi lokalnya sendiri. Melalui medium pencak silat, kami berupaya menumbuhkan kembali rasa bangga terhadap khazanah budaya nasional," papar Mensani.
Pendekatan holistik ini mencakup pembentukan mental disiplin, etika pergaulan, dan nasionalisme yang terintegrasi dalam setiap gerakan dan filosofi pencak silat.
Partisipasi Beragam Kategori
Kompetisi ini menampilkan keberagaman peserta dengan pembagian kategori yang komprehensif. Sebanyak 33 atlet kategori usia dini yang terdiri dari 17 putra dan 16 putri, serta 30 atlet kategori pra-remaja dengan komposisi 7 putra dan 23 putri menunjukkan antusiasme lintas gender dan usia.
Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai arena kompetitif, tetapi juga menjadi wahana sosialisasi dan edukasi mengenai urgensi mempertahankan tradisi di tengah kemajuan teknologi informasi.
Visi Replikasi dan Keberlanjutan
Erlangga menekankan pentingnya duplikasi model kegiatan serupa oleh institusi pendidikan lainnya agar konservasi budaya menjadi gerakan kolektif yang meluas.
"Apabila bukan kita yang berperan aktif dalam pemeliharaan, siapa yang akan mengambil tanggung jawab? Pencak silat adalah manifestasi dari identitas autentik bangsa. Aktivitas semacam ini bukan hanya membanggakan, tetapi juga menyelamatkan pusaka kita dari ancaman kepunahan," tutup Erlangga dengan penuh keyakinan.
Komitmen Berkelanjutan
Melalui konsistensi dalam mengorganisir kegiatan semacam ini, SMK Nurussalaf Kemiri membuktikan bahwa lembaga pendidikan dapat berperan ganda, yaitu sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan sekaligus sebagai garda terdepan dalam mempertahankan kekayaan budaya Indonesia yang adiluhung.
Inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengambil peran serupa dalam upaya pelestarian warisan nenek moyang melalui pendekatan yang kreatif dan relevan dengan konteks zaman.
Keberhasilan gelaran ini menunjukkan bahwa generasi muda masih memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya lokal, sekaligus membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan dalam harmoni. (Jg)