
![]() |
suluh goes to village |
Acara yang bertajuk "Suluh Goes to Village" ini dihadiri sejumlah pejabat tinggi dan tokoh masyarakat, antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo H. Mukhlis Abdillah, S.Ag., MH., Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Muhamad Basuni, S.Ag., Penyelenggara Katolik Agustinus Agus Subiyanto, S.S., Kepala KUA Kecamatan Kemiri, serta Kepala Desa Rejosari Tukiran. Turut hadir pula Pengurus Daerah IPARI Zulfah Kirom, M.Ag., Ketua Pokjaluh H. Solikhin, S.Ag., Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Kecamatan Kemiri, Ketua Takmir Masjid Al-Huda Rejosari, masyarakat desa, dan para penyuluh agama lintas agama di lingkungan Kankemenag Kabupaten Purworejo.
Ketua PD IPARI Kankemenag Kabupaten Purworejo, Zulfah Kirom, dalam sambutannya menerangkan bahwa ini merupakan kegiatan ketiga yang diselenggarakan PD IPARI dan bersamaan dengan peringatan Hari Lahir (Harlah) kedua IPARI. "Program ini dilengkapi dengan pelatihan zero waste dan eco enzyme sebagai bagian dari penguatan ekoteologi," jelasnya.
Kegiatan menghadirkan dua narasumber kompeten, yaitu praktisi dari komunitas eco enzyme dan Ikhsanudin, S.Sos., Penyuluh Agama Islam dari KUA Kecamatan Grabag yang meraih juara 3 PAI Award tingkat nasional tahun 2024 di Jakarta.
Kepala Desa Rejosari, Tukiran, menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya kegiatan ini. "Kami mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Kepala Kankemenag Kabupaten Purworejo, PD IPARI, dan semua pihak yang terlibat. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan menginspirasi warga kami," ungkapnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo, H. Mukhlis Abdillah, menegaskan bahwa program ini merupakan langkah awal implementasi Asta Protas yang mencakup tiga program utama: mewujudkan kerukunan dan cinta kemanusiaan, penguatan ekoteologi, dan pemberdayaan ekonomi umat. "Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Rejosari khususnya dan menjadi desa percontohan untuk desa-desa lain di Purworejo," harapnya.
Dalam sesi pelatihan pemanfaatan limbah keluarga, Esther Suriadiningrat selaku narasumber memaparkan bahwa dengan membuat eco-enzyme, masyarakat telah berpartisipasi mengurangi beban bumi sekaligus menerapkan gaya hidup minim kimia sintesis. "Beribu-ribu manfaat eco-enzyme dapat kita peroleh, dan puncaknya adalah kelestarian bumi bagi anak cucu kita," terangnya.
Narasumber kedua, Ikhsanudin, S.Sos., menyampaikan materi mengenai metode pengolahan sampah organik dan pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) yang dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk kompos. Materi ini memberikan solusi praktis bagi masyarakat dalam mengelola limbah rumah tangga secara berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung dengan suasana yang kondusif dan interaktif ini berhasil memadukan wawasan keagamaan dan ekonomi umat. Program "Suluh Goes to Village" diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di wilayah lain. (Jg)